Berawal dari jalan-jalan ke Sunmor UGM (pasar kaget Sunday Morning) dan melihat ada sebuah booth
jajanan yang ramai diserbu konsumen, Tito Betana Arizano (26) bersama
sang istri Mulya Indriyani (26) tak mau melewatkan peluang yang ada dan
mendapatkan ide untuk ikut meramaikan persaingan pasar dengan merintis
bisnis serupa.
“Waktu itu saya dan istri sedang jalan-jalan dan melihat banyak sekali orang berkerumun di sebuah tempat jajan, ternyata disana jual es krim pot yang unik tapi bisa dimakan. Dari situ saya berniat ingin menjadi yang kedua dan memberikan nilai tambah yang tidak dimiliki pesaing tersebut. Kita memiliki keunggulan pada pot yang digunakan, kita menggunakan pot daur ulang dan lucu karena warna-warni,” jelas Tito ketika ditemui di salah satu kedai bisnisnya pada Senin (5/10) yang lalu.
Setelah mendapatkan pot warna-warni, Tito dan istri mencoba jualan di Sunmor UGM dengan brand “Titos Ice Cream” dan ternyata respon konsumen sangat bagus. “Tidak sempat duduk selama hampir 5 jam, 8 ember es krim habis terjual atau sekitar 500 porsi es krim pot dalam waktu 5 jam saja. Saking ngehitsnya bisnis ini, saya dan istri dibantu teman-teman yang lebih dulu sukses di bisnis kuliner langsung membuka 4 cabang sekaligus dalam waktu 1 minggu,” kata alumni Jurusan Teknik Informatika Universitas Islam Indonesia tersebut.
Meski sebelumnya Tito pernah gagal di bisnis kuliner dan clothing, namun pengusaha muda ini tak pernah kapok menggeluti dunia usaha dan masih terus penasaran untuk bisa sukses di bisnis kuliner. Dengan bantuan dan support teman-teman yang lebih dulu sukses di bisnis kuliner, akhirnya Tito kembali memberanikan diri untuk mulai terjun ke dunia kuliner.
“Banyak faktor yang membuat saya memilih bisnis pot es krim. Pertama karena dari segi modal memang relatif cukup kecil, terus dari faktor keunikan saya yakin bisnis pot es krim ini bisa terus berkembang dan dikreasikan sedemikian rupa sehingga keunikan ini tetap terjaga,” tuturnya.
“Bisa dikatakan sebagai orang nomor dua kita belum kalah start dengan pionir es krim pot sebelumnya, apalagi setelah melihat keunggulan yang kita berikan. Konsumen bisa memilih produk mana yang lebih menarik untuk dibeli,” ungkapnya.
Selama menjalankan bisnis es krim pot, Tito mengaku kesulitan yang paling sering Ia hadapi adalah menemukan bahan baku terutama stok pot bunga yang digunakan. Bahkan pengusaha muda ini hampir putus asa karena begitu sulitnya menemukan stok pot bunga yang warna-warni. “Alhamdulilah perkembangan usaha kami semakin baik dan semakian maju. Dengan adanya inovasi yang kami lakukan secara berkala dan juga adanya program-program promosi produk yang menarik membuat Titos Ice Cream semakin berkembang,” tambah Tito.
“Bisnis es krim ini termasuk kebutuhan tersier bagi masyarakat. Jadi untuk menjadikannya skala panjang, kita harus mencari pasar yang benar-benar tepat. Setelah kita survey ternyata memang ada konsumen pecinta es krim, salah satunya di tempat hiburan, dan pusat perbelanjaan. Makanya kita memilih lokasi usaha yang tepat dan inilah yang menjadikan kita terus bertahan,” jelas suami Mulya Indriyani ini.
Dengan mengandalkan dua produk unggulan yaitu es krim pot dan coco-boat (es krim di dalam kelapa muda), bisnis kuliner yang dulunya hanya dirintis dengan modal sekitar Rp 2 juta ini telah berkembang memiliki 3 cabang yang solid dan mempekerjakan 7 orang karyawan dengan tugasnya masing-masing.
“Alhamdulillah seiring berjalannya waktu kita mulai mengkonsep bisnis ini supaya berkembang lebih besar. Dengan kapasitas produksi setiap harinya sekitar 200 porsi/ per outlet, sekarang Titos Ice Cream bisa mengantongi omzet minimal Rp 60 juta setiap bulannya,” ungkap Tito dengan penuh rasa syukur.
Dalam menjalankan bisnis es krim pot, Tito mengaku pemasaran via online sangat membantunya menyebarluaskan informasi tentang Titos Ice Cream. Bahkan dalam waktu satu minggu, instagram Titos Ice Cream sudah mendapatkan follower sekitar 500-600 dan begitu cepat menyebar ke telinga para konsumen.
“Karena saat ini outet kami masih berada di sekitaran Jogja, maka jangkauan pemasaran kami masih di area Jogja. Tapi untuk selanjutnya kami akan memperluas pemasaran produk kami di daerah-daerah lainnya dengan sistem kemitraan,” paparnya.
Kedepan, Tito berharap bisnis es krim pot ini bisa semakin maju dan sistem kemitraan bisnis es krim pot ini bisa menyebar ke seluruh Indonesia serta bisa memberikan kebermanfaatan yang lebih besar lagi bagi sesama.
Tim Liputan BisnisUKM
sumber Inspirasi : http://bisnisukm.com/modal-2-juta-titos-es-ice-cream-kuasai-pasar-jogja.html
“Waktu itu saya dan istri sedang jalan-jalan dan melihat banyak sekali orang berkerumun di sebuah tempat jajan, ternyata disana jual es krim pot yang unik tapi bisa dimakan. Dari situ saya berniat ingin menjadi yang kedua dan memberikan nilai tambah yang tidak dimiliki pesaing tersebut. Kita memiliki keunggulan pada pot yang digunakan, kita menggunakan pot daur ulang dan lucu karena warna-warni,” jelas Tito ketika ditemui di salah satu kedai bisnisnya pada Senin (5/10) yang lalu.
Setelah mendapatkan pot warna-warni, Tito dan istri mencoba jualan di Sunmor UGM dengan brand “Titos Ice Cream” dan ternyata respon konsumen sangat bagus. “Tidak sempat duduk selama hampir 5 jam, 8 ember es krim habis terjual atau sekitar 500 porsi es krim pot dalam waktu 5 jam saja. Saking ngehitsnya bisnis ini, saya dan istri dibantu teman-teman yang lebih dulu sukses di bisnis kuliner langsung membuka 4 cabang sekaligus dalam waktu 1 minggu,” kata alumni Jurusan Teknik Informatika Universitas Islam Indonesia tersebut.
Meski sebelumnya Tito pernah gagal di bisnis kuliner dan clothing, namun pengusaha muda ini tak pernah kapok menggeluti dunia usaha dan masih terus penasaran untuk bisa sukses di bisnis kuliner. Dengan bantuan dan support teman-teman yang lebih dulu sukses di bisnis kuliner, akhirnya Tito kembali memberanikan diri untuk mulai terjun ke dunia kuliner.
“Banyak faktor yang membuat saya memilih bisnis pot es krim. Pertama karena dari segi modal memang relatif cukup kecil, terus dari faktor keunikan saya yakin bisnis pot es krim ini bisa terus berkembang dan dikreasikan sedemikian rupa sehingga keunikan ini tetap terjaga,” tuturnya.
Menghadapi Persaingan Dengan Inovasi
Mengawali bisnis es krim pot di pertengahan Mei tahun 2015 dengan menjadi follower, tentu ada kekhawatiran tersendiri dalam diri Tito. Ia mengaku meski dulunya menjadi orang kedua, Ia tak pernah lelah untuk memberikan inovasi agar produknya tetap dicari banyak orang.“Bisa dikatakan sebagai orang nomor dua kita belum kalah start dengan pionir es krim pot sebelumnya, apalagi setelah melihat keunggulan yang kita berikan. Konsumen bisa memilih produk mana yang lebih menarik untuk dibeli,” ungkapnya.
Selama menjalankan bisnis es krim pot, Tito mengaku kesulitan yang paling sering Ia hadapi adalah menemukan bahan baku terutama stok pot bunga yang digunakan. Bahkan pengusaha muda ini hampir putus asa karena begitu sulitnya menemukan stok pot bunga yang warna-warni. “Alhamdulilah perkembangan usaha kami semakin baik dan semakian maju. Dengan adanya inovasi yang kami lakukan secara berkala dan juga adanya program-program promosi produk yang menarik membuat Titos Ice Cream semakin berkembang,” tambah Tito.
Membidik Pecinta Es Krim Untuk Bisa Eksis di Pasaran
Kendati banyak orang berpendapat bisnis es krim pot ini hanya bersifat musiman dan tidak bisa bertahan lama, tapi nyatanya tidak demikian. Di tangan Tito dan sang istri, bisnis es krim pot terus bertahan dengan terus berinovasi dan membidik para pecinta es krim yang ada di sekitar Yogyakarta.“Bisnis es krim ini termasuk kebutuhan tersier bagi masyarakat. Jadi untuk menjadikannya skala panjang, kita harus mencari pasar yang benar-benar tepat. Setelah kita survey ternyata memang ada konsumen pecinta es krim, salah satunya di tempat hiburan, dan pusat perbelanjaan. Makanya kita memilih lokasi usaha yang tepat dan inilah yang menjadikan kita terus bertahan,” jelas suami Mulya Indriyani ini.
Dengan mengandalkan dua produk unggulan yaitu es krim pot dan coco-boat (es krim di dalam kelapa muda), bisnis kuliner yang dulunya hanya dirintis dengan modal sekitar Rp 2 juta ini telah berkembang memiliki 3 cabang yang solid dan mempekerjakan 7 orang karyawan dengan tugasnya masing-masing.
“Alhamdulillah seiring berjalannya waktu kita mulai mengkonsep bisnis ini supaya berkembang lebih besar. Dengan kapasitas produksi setiap harinya sekitar 200 porsi/ per outlet, sekarang Titos Ice Cream bisa mengantongi omzet minimal Rp 60 juta setiap bulannya,” ungkap Tito dengan penuh rasa syukur.
Menggabungkan Pemasaran Online dan Offline
Melalui instagram dan beberapa alat promosi yang dibagikan secara langsung kepada setiap konsumen, Tito berhasil menarik perhatian konsumen dengan cepat. “Menurut saya instagram itu yang menggunakan adalah kalangan menengah ke atas karena mereka mengaksesnya dengan gadget, sehingga pemasaran kita bisa tepat sasaran. Sedangkan untuk offline kita menggunakan brosur, kartu nama, stiker, dan media promosi lainnya,” Tito menjelaskan strategi pemasarannya.Dalam menjalankan bisnis es krim pot, Tito mengaku pemasaran via online sangat membantunya menyebarluaskan informasi tentang Titos Ice Cream. Bahkan dalam waktu satu minggu, instagram Titos Ice Cream sudah mendapatkan follower sekitar 500-600 dan begitu cepat menyebar ke telinga para konsumen.
“Karena saat ini outet kami masih berada di sekitaran Jogja, maka jangkauan pemasaran kami masih di area Jogja. Tapi untuk selanjutnya kami akan memperluas pemasaran produk kami di daerah-daerah lainnya dengan sistem kemitraan,” paparnya.
Kedepan, Tito berharap bisnis es krim pot ini bisa semakin maju dan sistem kemitraan bisnis es krim pot ini bisa menyebar ke seluruh Indonesia serta bisa memberikan kebermanfaatan yang lebih besar lagi bagi sesama.
Tim Liputan BisnisUKM
sumber Inspirasi : http://bisnisukm.com/modal-2-juta-titos-es-ice-cream-kuasai-pasar-jogja.html
0 komentar:
Posting Komentar